Thursday 10 March 2011

(FF-part 1 of 4- PG+13) What if



Alunan piano mengalun indah dirumah megah ini. Seorang gadis sangat menikmati jari-jarinya menyentuh tuts piano. Dengan sesekali dia melihat keluar jendela. Sepi. Dia merasa hanya dirinya sendiri yang ada di dunia ini.

“nona… sarapannya sudah siap” seorang pelayan mendekatinya dan berkata dengan sangat sopan dan halus. Gadis ini menghentikan permainan pianonya.

“ne..ahjussi..aku akan segera makan” dia tersenyum dan mengalihkan pandangannya pada kursi roda yang tepat berada di sebelahnya. Dia berusaha mencapai kursi roda itu tapi badannya terlalu lemah. Si pelayan sudah akan maju untuk membantu tapi gadis itu menolak halus.

“tidak usah ahjussi..aku harus bisa sendiri..kalo begini saja aku tak bisa, aku benar-benar bukan orang yang berguna” sambil terus berusaha akhirnya gadis itu bisa memindah posisinya.

Di ruang makan, terdapat bingkai foto keluarga. Gadis itu tersenyum sebelum menyatap hidangannya.
“appa…omma…oppa… jalmokelsemnida” ada suara rindu yang teramat sangat disitu. Gadis itu berusaha memakan makanannya dengan lahap, tapi rasa kangen itu semakin menguat..

“what if……”gumamnya..

= flash back =

- Lee young na POV-

Aku bersemangat pagi ini. Tadi malam omma menelpon mengabarkan kalo omma dan appa akan pulang ke korea untuk sementara waktu. Appa adalah seorang pengusaha sukses di korea dan jepang tapi appa lebih sering di Jepang karena ingin lebih melebarkan sayap bisnis nya disana dan Omma selalu menemani appa. Aku terbiasa dengan keadaan ini. Sepi. Sendiri.

“annyong… oppa.. hari ini appa dan omma akan pulang dari jepang. Bisakah ikut aku menjemput mereka di airport?” ucapku antusias melalui telepon

“mianhae.. oppa tidak bisa..” singkat. Aku tau alasannya.

“ah…arraseo.. tapi nanti oppa pulang ya untuk bertemu dengan mereka” ucapku sebelum mengakhiri pembicaraanku dengan oppa ku satu-satunya ini. Dia tidak menjawab.

“kalo oppa tidak menjawab berarti oppa akan pulang!! Sampai bertemu dirumah oppa” aku menekan tombol merah di hapeku.

‘dia pasti pulang. Aku tau oppa juga pasti kangen appa dan omma’

Appa dan omma datang dengan bawaan yang tak terlalu banyak. Bisa dilihat tasnya hanya berisi beberapa helai baju. Tentu saja dirumah masih ada baju mereka tapi ini terlalu simple. Benar saja. Mereka hanya 2 hari di korea. Dan saat aku tau itu, aku sangat ingin oppa berada disini.

Aku berada dikamarku saat kudengar suara bentakan dari ruang keluarga. Rumah ini memang sangat besar tapi terlalu sepi sehingga suara sekecil apapun bisa terdengar. Aku tau itu suara bentakan appa. Aku berlari dari kamarku.

‘oppa…! dia pasti datang!’ aku berlari hingga menimbulkan suara gaduh. Aku melihat oppa duduk berhadapan dengan omma dan appa.

“ada apa ini?” tanyaku masih sambil mengatur nafas

“ya! anak kecil! Kembali ke kamarmu!” oppa menyuruhku kembali ke atas. Aku tak bergeming. Ku alihkan tatapan mataku pada omma, tapi omma tak mengatakan apa-apa. Tangan omma memegang tangan appa tanda menenangkan emosi appa.

“ada apa ini?” Tanya ku ulang “masih masalah perusahan lagi” lanjutku. Sekarang mereka semua menatapku. Aku tau. Pasti masalah ini.

“Lee young na, tidak usah ikut campur” oppa kembali memperingatkanku. Aku hanya tersenyum dan memilih duduk disamping oppa daripada kembali ke kamar

“kenapa kalian semua selalu memperlakukanku seperti anak kecil? Aku sudah kelas 3 Sma.. ah, anii.. aku sudah lulus. Seminggu lagi aku lulus. Dan kalian masih terus mengira aku anak kelas 2 SD yang menangis setiap mendengar bentakan?”

“anak ini! Oppa bilang diam!”

“arraso..kalo tidak ada yang mau mengatakannya padaku, aku yang akan mengatakan sesuatu hal..” aku terdiam sebentar

“hmm…. Aku memutuskan, mengambil kuliah manajemen di amerika” ucapku mantap. Omma dan appa terlihat shock mendengar berita ini. Dan aku bisa merasakan oppa menatapku tajam saat ini.

“Young na… ada apa ini sayang?”omma mulai membuka mulutnya. Aku bisa mendengar nada kelelahan disuara omma. Aku tau omma pasti juga lelah dengan pertengkaran anak dan ayah ini.

“anii…aku hanya ingin mengurus perusahan appa kelak…” aku tersenyum. Sebisa mungkin tidak memperlihatkan kesedihanku.

“jangan main-main young na! ini perusahan besar!” appa berkata tegas. Sekali lagi appa tidak mempercayaiku. Aku tau aku tidak punya otak sepintar oppa tapi Cuma ini caraku untuk membuat keluarga ini bersatu lagi. Membuat oppa dan appa tidak selalu meributkan hal yang sama berulang-ulang. Walaupun aku harus mengorbankan impianku selama ini.

“baiklah kalo itu keputusanmu. Besok appa akan urus semuanya. setelah hari kelulusan, kamu langsung pergi ke amerika.” Oppa pergi dari ruangan ini yang disusul oleh omma.

“huuuuaaah…” aku menyandarkan kepala ku ke sofa dan memejamkan mataku. Sebenarnya aku takut melihat tatapan orang disampingku. Tatapan oppa apabila sedang marah sangat menakutkan untukku.

“Ya!! Lee young na! tidak usah berpura-pura tidur” aku membuka mataku dan masih tidak berani menatapnya.

“wae oppa?” aku memberanikan diri menatap sosok disebelahku

“Iko mwoya??jangan bercanda di depan appa. Itu tidak lucu sama sekali”

“anii.. aku serius oppa. Aku akan kuliah di amerika..hmm.. aku akan melihat orang-orang cakep disana!pria-pria berambut pirang! Huuaaaahh.. aku benar-benar tak sabar” ucapku dengan nada antusias. Menutupi rasa takut didalam hatiku. Takut saat meninggalkan rumah ini semuanya malah bertambah rumit. Aku takut…
Oppa terdiam. oppa tidak menatapku lagi kali ini.

“jangan korbankan cita-citamu hanya untuk membuat oppa kembali ke rumah ini lagi young na…karena percuma saja..semuanya sudah sangat rumit untuk bisa diselesaikan…”
-to be continued-

No comments:

Post a Comment

what are you thinking about me???